Boleh saja partai ribuan jumlahnya
Tapi yang menang yang punya uang
Seorang cepek ceng sudah bisa jadi presiden
Begitulah cerita yang berkembang
Gontok gontokan sudah nggak musim
Adu doku ini yang ditunggu tunggu
Pemilu tempat berpestanya uang palsu
Habis kalau nggak gitu nggak lucu
Betul, apa yang di katakan oleh Iwan Fals diatas mereka yang bermodal buntut siap-siap selalu menjadi paling buntut,kalau kondisi ini terus terjadi " Apa Kata Dunia" tanpa terus melakukan pembelajaran politik dari publik figur.kalau mereka saja sudah begitu,apalagi yang di bawah..!pembelajaran politik kita yang belum ampuh dan maksimal ketika orang berbicara politik maka maindsite kita terarah pada material.bukan pada idea-idea yang sakti yang bisa merubah tatanan yang semberaut ini.yang paling ironi adalah mendukung orang yang sudah jelas-jelas tidak mampu dan mempunyai black background itu menjadi dukungan gara-gara kantong tebal.
Sekarang posisi caleg yang mampu,bersih tapi bermodal dengkul mau berbuat apa, mau melawan arus pemilih yang materialis atau berbaur dengan arus tersebut dengan menjual warisan orang tua.
tetapi pertanyaannya kemudian, kita harus melawan arus materialis tersebut dengan dawai apa? Irama yang terjadi sedemikian semeraut,intonasi sudah memuncak,dawai apa yang harus dipakai.Apa bisa kita pakai tokoh agama? Tuan Guru misalnya, tapi justru para Tuan Guru sudah terjerebab dalam politik praktis, lalu kita bercermin pada siapa?