darahku mendidih,
sukmaku menggeliat,
ragaku melayang)
Melihat parah mahasiswa yang berdemontrasi penuh idealis, perjuangan, untuk memerdekakan jiwanya yang merasa dikibulin oleh para elit,yang menganggap gedung DPR hanya dagelan politik. Pantas kemudian Para Mahasiswa harus menjalankan fungsi sebagai agent of change untuk perubahan.
Cermin dari demontrasi yang dilakukan adalah kebomborakan sebuah karakter building bangsa yang dilakoni oleh sebagian elit.
Ada kebenaran
Tetapi dicoba untuk dipertimbangkan
Kalau sudah dipertimbangkan
Maka kebenaran itu hanya sampai di atas meja mereka.”
Melihat aksi-aksi mereka yang membawa panji-panji sambil berorasi dengan lantang tanpa takut pada aparat yang bersenjatakan lengkap,bersepatu pantupel melawan mahasiswa yang hanya memakai sandal jepit dan bersenjatakan pulpen dan bertamengkan buku adalah bentuk kemurnian dari hati nurani mahasiswa.
Mahasiswa juga “manusia” penuh perencanaan. “Dari wacana ke aksi” itulah yang menjadi dasar mahasiswa harus turun jalan, sebab public harus tahu apa yang terjadi ditengah bangsa yang sedang dikatakan aman-aman saja.
Aku rindu menjadi mahasiswa kembali, melihat aksi mereka mengingatkan aku beberapa tahun yang silam, ketika aku tak kenal terik mentari turun jalan berorasi mengatakan kebenaran yang ku yakini, kita aku ingin kembali lagi bergabung bersama mereka ang tak pernah digaji mengontrol Negara ini.
Tanpi mereka rela berdiri berhadapan dengan penjagaan yang terlampau berlebihan, mereka para polisi yang berdiri menjaganya digaji Negara, sedangkan mahasiswa yang setiap malam berdiskusi untuk kemajuan Negara tidak mengharapkan apa-apa.
Aku rindu kembali menjadi aktivitis…
Melihat mahasiswa di Makasar bulu romaku merinding, getaran semangat hidup kembali, turun jalan sambil nyayikan dibawah tirani kususuri garis jalan ini berjuta kali turun aksi bagiku suatu langkah pasti-bagiku suatu langkah pasti.
Melihat parah mahasiswa yang berdemontrasi penuh idealis, perjuangan, untuk memerdekakan jiwanya yang merasa dikibulin oleh para elit,yang menganggap gedung DPR hanya dagelan politik. Pantas kemudian Para Mahasiswa harus menjalankan fungsi sebagai agent of change untuk perubahan.
Cermin dari demontrasi yang dilakukan adalah kebomborakan sebuah karakter building bangsa yang dilakoni oleh sebagian elit.
Ada kebenaran
Tetapi dicoba untuk dipertimbangkan
Kalau sudah dipertimbangkan
Maka kebenaran itu hanya sampai di atas meja mereka.”
Melihat aksi-aksi mereka yang membawa panji-panji sambil berorasi dengan lantang tanpa takut pada aparat yang bersenjatakan lengkap,bersepatu pantupel melawan mahasiswa yang hanya memakai sandal jepit dan bersenjatakan pulpen dan bertamengkan buku adalah bentuk kemurnian dari hati nurani mahasiswa.
Mahasiswa juga “manusia” penuh perencanaan. “Dari wacana ke aksi” itulah yang menjadi dasar mahasiswa harus turun jalan, sebab public harus tahu apa yang terjadi ditengah bangsa yang sedang dikatakan aman-aman saja.
Aku rindu menjadi mahasiswa kembali, melihat aksi mereka mengingatkan aku beberapa tahun yang silam, ketika aku tak kenal terik mentari turun jalan berorasi mengatakan kebenaran yang ku yakini, kita aku ingin kembali lagi bergabung bersama mereka ang tak pernah digaji mengontrol Negara ini.
Tanpi mereka rela berdiri berhadapan dengan penjagaan yang terlampau berlebihan, mereka para polisi yang berdiri menjaganya digaji Negara, sedangkan mahasiswa yang setiap malam berdiskusi untuk kemajuan Negara tidak mengharapkan apa-apa.
Aku rindu kembali menjadi aktivitis…
Melihat mahasiswa di Makasar bulu romaku merinding, getaran semangat hidup kembali, turun jalan sambil nyayikan dibawah tirani kususuri garis jalan ini berjuta kali turun aksi bagiku suatu langkah pasti-bagiku suatu langkah pasti.
0 komentar:
Posting Komentar