Berfikir bebas
Berfikir benar
Berfikir merdeka
Sejenak kita layangkan pandang fikir kita,pada sebuah keadaan yang sama-sama kita lakoni di Tanah tumpah darah Indonesia ini, banyak cerita, banyak kisah tentang kemerdekaan yang telah direbut oleh para founding father negeri. Sekarang kita sedang melakoni kemerdekaan yang ke 65 Tahun. Pertanyaan yang kemudiaan muncul sampai kapan kita menikmati kemerdekaan ini? Sampai kapan juga Negara ini masih tetap ada?.
Sangat menarik apa yang dikatakan, Arnold P. Toynbee, sejarawan yang dikenal dengan teori : Challege and Response, dalam bukunya the history of mankind kurang lebih mengatakan, “ setiap bangsa pada suatu saat dalam perjalanan sejarahnya akan menghadapi suatu tantangan yang begitu besar bahkan akan menggancam eksistensinya. Terserah pada bangsa itu untuk mengatasi tantangan yang datang itu, bangsa ini akan tenggelam dalam lintasan sejarah bila gagal menjawab tantangan tersebut dan menjadi bangsa yang datangnya tidak mengenapkan, perginya pun tidak mengganjilkan. Atau bila berhasil, maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang kehadirannya akan diperhitungkan”.
Yang paling menarik dari study Toynbee terhadap 26 peradaban (civilization, societies, not nations or periods), termasuk masyarakat yang tertindas, selalu saja ada sekelompok kecil pemimpin bangsa itu yang membimbing bangsanya dalam memberikan respon terhadap tantangan yang ada dan mengatasinya. Arnold P. Toynbee menyebutnya the creative minorities (TCM). Seandainya Toynbee tahu sosok Nabi Muhammad maka barangkali Toynbee akan mengatakan Nabi Muhammad sebagai founding father peletak batu pertama yang menjadi tauladan dari the creative minorities.
Dari ungkapan Toynbee diatas. Apakah kita masih bisa bertahan 100 tahun lagi sebagai bangsa, atau tinggal beberapa tahun kita akan menjadi bangsa yang punah, dan bangsa lain menemukan bangsa kita dalam peta saja.pertayaan yang menggelitik diatas dapat kita jawab dengan optimisme karena kita masih memiliki potensi yang luar biasa seperti apa yang dikatakan Mas Saefullah Patah, Indonesia masih memiliki Panca daya untuk mencapai Negara paripurna:
Panca daya yang dimaksud Saefullah Patah adalah:
1. Spritualitas
Spritualitas inilah yang menjadi modal besar Bangsa Indonesia kedepan, ini dibuktikan sejak berabad-abad lamanya, perjuangan merebut kemerdekaan tidak lepas dari pengaruh tokoh agama yang memberikan doktrin spritualitas, kemudian dijadikan sebagai semangat juang para shuda bangsa. Jika spritualitas ini di pupuk dengan baik, kedepan bangsa ini bisa menjadi bangsa yang besar.
2. Sejarah,
Indonesia memiliki sejarah yang amat panjang dengan keberagaman budaya didalamnya, sejarah pernah dijajah, bisa menjadi cambuk untuk bertahan menjadi bangsa yang tidak akan dijajah lagi, baik penjajahan secara psikologis maupun pisik, sejarah bagaimana kearifan nenek moyang bangsa ini, yang harus ditiru bagi generasi bangsa.jika ini mampu kita kelola dengan baik maka kita bisa survive menjadia bangsa.
3. Kemajemukan
Pluralitas atau kemajemukan bangsa bisa menjadi aset yang besar bagi bangsa Indonesia, bersuku-suku, ragam adat, budaya, agama, bahasa, menjadi dagelan sehari-hari bangsa Indonesia. Ini telah dibuktikan sejak merebut kemerdekaan 65 tahun lalu. Bukan dari satu agama, satu suku, tetapi semuanya berbaur dalam satu tekad merebut kemerdekaan saat itu, kalau ini bisa kita kelola dengan baik maka kita bisa menjadi bangsa yang besar.
4. Hati nurani
Budaya ketimuran bangsa memiliki hati nurani yang amat tinggi, semangat kebersamaan, gotong royong, toleransi adalah didorong oleh hati nurani bangsa. Hati nurani menjadi asset, bangsa lain melihat segala sesuatu dari sudut materialism, tetapi kita selalu melibatkan perasaan, kasih sayang, rasa hiba pada orang lain, membantu bukan pamrih, saat memberi tidak ada alpa. Itu ciri bangsa yang memiliki hati nurani dan sampai sekrang masih kita miliki, sehingga wajar disebut the earth of mankind (Buminya para manusia) dalam novel pertama Pramoedya Ananta Toer.
5. Generasi muda.
Negara manapun membutuhkan generasi muda, pemuda adalah mereka yang memiliki semangat ingin maju, berubah dari hari kehari, memiliki kreativitas, the founding father bangsa ini, memanggil 10 pemuda untuk menggoncangkan dunia, artinya semangat pemuda yang tinggi itulah yang dimaksud, pemuda sangat relevan dengan ungkapan Toynbee, the creative minorities, kelompok kecil yang memiliki creativitas, jika pemuda pada bangsa hacur maka percayalah Negara itu tidak akan bertahan lama ada disebabkan generasinya yang rusak.
Oleh karena itu, saya ingin posisikan diri sebagai pemuda, dan mengatakan apa yang harus dikatakan dan dilakukan sebagai seorang pemuda. Mari kita semuanya mulai menjadi aktor bukan penonton sehingga betul-betul kita bisa mengisi kemerdekaan ini. Sehingga kita tidak masuk apa yang stero type(penamaan) Toynbee tentang sebuah Negara yang akan hilang. Sehingga kitalah the creative minorities itu. Wassalam.
Berfikir benar
Berfikir merdeka
Sejenak kita layangkan pandang fikir kita,pada sebuah keadaan yang sama-sama kita lakoni di Tanah tumpah darah Indonesia ini, banyak cerita, banyak kisah tentang kemerdekaan yang telah direbut oleh para founding father negeri. Sekarang kita sedang melakoni kemerdekaan yang ke 65 Tahun. Pertanyaan yang kemudiaan muncul sampai kapan kita menikmati kemerdekaan ini? Sampai kapan juga Negara ini masih tetap ada?.
Sangat menarik apa yang dikatakan, Arnold P. Toynbee, sejarawan yang dikenal dengan teori : Challege and Response, dalam bukunya the history of mankind kurang lebih mengatakan, “ setiap bangsa pada suatu saat dalam perjalanan sejarahnya akan menghadapi suatu tantangan yang begitu besar bahkan akan menggancam eksistensinya. Terserah pada bangsa itu untuk mengatasi tantangan yang datang itu, bangsa ini akan tenggelam dalam lintasan sejarah bila gagal menjawab tantangan tersebut dan menjadi bangsa yang datangnya tidak mengenapkan, perginya pun tidak mengganjilkan. Atau bila berhasil, maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang kehadirannya akan diperhitungkan”.
Yang paling menarik dari study Toynbee terhadap 26 peradaban (civilization, societies, not nations or periods), termasuk masyarakat yang tertindas, selalu saja ada sekelompok kecil pemimpin bangsa itu yang membimbing bangsanya dalam memberikan respon terhadap tantangan yang ada dan mengatasinya. Arnold P. Toynbee menyebutnya the creative minorities (TCM). Seandainya Toynbee tahu sosok Nabi Muhammad maka barangkali Toynbee akan mengatakan Nabi Muhammad sebagai founding father peletak batu pertama yang menjadi tauladan dari the creative minorities.
Dari ungkapan Toynbee diatas. Apakah kita masih bisa bertahan 100 tahun lagi sebagai bangsa, atau tinggal beberapa tahun kita akan menjadi bangsa yang punah, dan bangsa lain menemukan bangsa kita dalam peta saja.pertayaan yang menggelitik diatas dapat kita jawab dengan optimisme karena kita masih memiliki potensi yang luar biasa seperti apa yang dikatakan Mas Saefullah Patah, Indonesia masih memiliki Panca daya untuk mencapai Negara paripurna:
Panca daya yang dimaksud Saefullah Patah adalah:
1. Spritualitas
Spritualitas inilah yang menjadi modal besar Bangsa Indonesia kedepan, ini dibuktikan sejak berabad-abad lamanya, perjuangan merebut kemerdekaan tidak lepas dari pengaruh tokoh agama yang memberikan doktrin spritualitas, kemudian dijadikan sebagai semangat juang para shuda bangsa. Jika spritualitas ini di pupuk dengan baik, kedepan bangsa ini bisa menjadi bangsa yang besar.
2. Sejarah,
Indonesia memiliki sejarah yang amat panjang dengan keberagaman budaya didalamnya, sejarah pernah dijajah, bisa menjadi cambuk untuk bertahan menjadi bangsa yang tidak akan dijajah lagi, baik penjajahan secara psikologis maupun pisik, sejarah bagaimana kearifan nenek moyang bangsa ini, yang harus ditiru bagi generasi bangsa.jika ini mampu kita kelola dengan baik maka kita bisa survive menjadia bangsa.
3. Kemajemukan
Pluralitas atau kemajemukan bangsa bisa menjadi aset yang besar bagi bangsa Indonesia, bersuku-suku, ragam adat, budaya, agama, bahasa, menjadi dagelan sehari-hari bangsa Indonesia. Ini telah dibuktikan sejak merebut kemerdekaan 65 tahun lalu. Bukan dari satu agama, satu suku, tetapi semuanya berbaur dalam satu tekad merebut kemerdekaan saat itu, kalau ini bisa kita kelola dengan baik maka kita bisa menjadi bangsa yang besar.
4. Hati nurani
Budaya ketimuran bangsa memiliki hati nurani yang amat tinggi, semangat kebersamaan, gotong royong, toleransi adalah didorong oleh hati nurani bangsa. Hati nurani menjadi asset, bangsa lain melihat segala sesuatu dari sudut materialism, tetapi kita selalu melibatkan perasaan, kasih sayang, rasa hiba pada orang lain, membantu bukan pamrih, saat memberi tidak ada alpa. Itu ciri bangsa yang memiliki hati nurani dan sampai sekrang masih kita miliki, sehingga wajar disebut the earth of mankind (Buminya para manusia) dalam novel pertama Pramoedya Ananta Toer.
5. Generasi muda.
Negara manapun membutuhkan generasi muda, pemuda adalah mereka yang memiliki semangat ingin maju, berubah dari hari kehari, memiliki kreativitas, the founding father bangsa ini, memanggil 10 pemuda untuk menggoncangkan dunia, artinya semangat pemuda yang tinggi itulah yang dimaksud, pemuda sangat relevan dengan ungkapan Toynbee, the creative minorities, kelompok kecil yang memiliki creativitas, jika pemuda pada bangsa hacur maka percayalah Negara itu tidak akan bertahan lama ada disebabkan generasinya yang rusak.
Oleh karena itu, saya ingin posisikan diri sebagai pemuda, dan mengatakan apa yang harus dikatakan dan dilakukan sebagai seorang pemuda. Mari kita semuanya mulai menjadi aktor bukan penonton sehingga betul-betul kita bisa mengisi kemerdekaan ini. Sehingga kita tidak masuk apa yang stero type(penamaan) Toynbee tentang sebuah Negara yang akan hilang. Sehingga kitalah the creative minorities itu. Wassalam.
0 komentar:
Posting Komentar