2.13.2017

DONALD TRUMP DAN DAMPAK POLITIKNYA UNTUK INDONESIA

Dalam pandangan Donald Trump dan para pembatunya, bahwa semua umat Islam itu ektremis dan memiliki potensi menjadi teroris oleh karenanya dapat mengancam keberadaan Amerika kedepan. Walaupun faktanya bahwa banyak Muslim yang berjuang dan rela mati untuk Amerika dan sudah memberikan konstribusi yang banyak untuk ekonomi Amerika. Tetapi Trump membisu, ketika fakta itu disuguhkan. Sejatinya yang menjadi ektrimis dan teroris adalah non-muslim yang dibuat oleh Amerika sendiri satu contoh ketika jamaah masjid Quebec City di Kanada diserang secara berutal pada minggu, 29 Januari 2017, dan menewaskan kalangan umat Islam, tidak ada yang bersuara lantang bahwa itu teroris, bahkan dalam berita CNN tanggal 31 Januari 2017, tidak menyebut kejadian tersebut sebagai perbuatan teroris namun CNN memberi istilah “Lone worf” atau serangan serigala. Ironi bukan? Memang harus diakui bahwa dulu dan bahkan sekarang ketika Trump sudah diambil sumpahnya sebagai orang nomor satu di Amerika, benih-benih SARA itu kembali menggelinding. Sebagian masyarakat Amerika khususnya warga berkulit putih menganggap bahwa rasisme menjadi sematan bagi warga berkulit hitam, dan mereka yang berkulit hitam adalah biang keladai dari bangsa pemerkosa, perampok, dan pemicu kriminal. Sehingga muncullah gerakan kesetaraan dan menghapus penamaan terhadap warga kulit hitam tersebut dari Martin Luther King dan Nelson Mandela, yang mematahkan dan membendung isu-isu negative terhadap bangsa hitam, mereka bisa membuktikan bahwa bangsa hitam bukan seperti yang mereka anggap dan mereka sadar bahwa itu salah dan tidak berasalan diberikan sematan penamaan demikian. Hingga akhirnya, Tepat 2008, ketika Barack Obama terpilih menjadi presiden, nampaknya pandagan-pandagan mulai berubah lebih baik terhadap warga minoritas dan kaum Muslim. Akan tetapi ketika Donald Trump diambil sumpahnya pada tanggal 20 Januari 2017, semuanya berubaah drastis, dimana Umat Islam sebagai minoritas disana menjadi huatir, bahkan orang Indoneisa yang sedang berada disana baik yang bekerja atau sebagai pelajar dan mahasiswa menjadi tidak tenang dengan kebijakan bombastis Trump di awal pemerintahannya, karena Trump mengangap kaum minoritas khususnya umat Islam sebagai penyakit social yang harus dibatasi bahkan diberangus dari Amerika. Kalau dilihat ke belakang dan membuka sejarah kelam Jerman misalnya, maka 27 Januari 2017 adalah kelahiran Adolf Hitler baru bernama Donald Trump, yang memiliki sifat yang mirip dalam hal tertentu. Kalau Trump akan memberangus sedikit demi sedikit Umat Islam beda objek dengan Hitler yang memberangus Yahudi pada masa itu. Tetapi ada beberapa Islamopobia yang masih mendukung Trump karena beberapa alasan, seperti, dia baru saja mengambil sumpah sebagai Presiden oleh karena itu harus diberikan kesempatan untuk memenuhi janjinya. Memang benar bahwa Trump telah memenuhi beberapa janji kampanyenya antara lain moratorium izin imigrasi Negara-Negara yang mayoritas Islam. Terpilih menjadi presiden US bukan berarti dia bisa sewenang-wenang melakukan yang tidak sesuai dengan konstitusi yang tidak adil atau menindas kaum minoritas. Adolf Hitler terpilih menjadi konseler Jerman tahun 1933, dan Hitler telah benar-benar memenuhi janjinya dengan membasmi 6 juta orang Yahudi. Mungkin sebagian orang Amerika berpendapat bahwa apa yang dilakukan Trump saat ini adalah agar demokrasi berjalan, tetapi ini bertentantangan dengan demokrasi yang sebenarnya, dimana ada check and balance didalamnya bukan melakukan penindasan terhadap kaum minoritas, inilah saatnya kehancuran demokrasi Amerika yang mendewa-dewakan kesataraan, tetapi bertolak belakang dengan kenyataan. Buktinya, Trump telah mengeluarkan larangan ke tujuh Negara mayoritas umat islam. Keputusan inilah yang tampaknya yang paling kontroversial dari Trump sejauh ini, hal tersebut diakui oleh penduduk Amerika sendiri, para diplomatnya dan Negara Negara bagian. Bukan hanya itu lebih dari 100 perusahan teknologi menentang seperti, Google, facebook, apple, Microsoft, Twitter, E bay, Uber, Dll. karena perusahan tersebut memiliki para pekerja professional dari kalangan muslim yang telah memberikan kontribusi pada perkembangan perusahaannya. Trump dan konco-konconya telah luar biasa puyeng dan dihantui oleh fikirannya sendiri untuk membendung Amerika aman dari teroris, sehingga para pembantu Trump membuat slogan ‘alternative facts' atau fakta alternatif, ini adalah istilah baru kebohongan oleh para pembantu Presiden. Agar immigrant dari Negara-negara muslim tidak bisa masuk ke Amerika. Trump telah dikutuk bahkan oleh mantan presiden Barak Obama, bahwa yang dilakukan Trump ini tidak konstitusional dan tidak sesuai dengan misi dari PBB. Salah satu contohnya  Trump mendukung pemukiman illegal Israel di tepi barat untuk diduduki, yang seluruh dunia bahkan presiden sebelumnya mengacam hal tersebut, karena akan menghambat perdamaian antara Israel dan Palestina.  Trump juga keterlaluan dengan idenya akan memindahkan kedutaan Amerika dari Tel Aviv ke Yerusalem. Jelas ini merupakan ancaman terhadap upaya solusi dua Negara untuk menyelesaikan konflik antara Israel dan Palestina. dan akan memicu kekerasan baru di Timur Tengah, sebab masyarakat Internasional, termasuk Amerika telah mengakui bahwa Tel Aviv sebagai ibu kota Israel dan semua kedutaan Asing berada di kota ini. Dan kelihatannya Trump juga bersi kekeh dengan strategi global anti-muslimnya. Hal inilah yang membuat popularitas Trump menjadi 44% merupakan rating terendah untuk seorang presiden baru dalam sejarah Amerika. Ini adalah pertanda baik bahwa rakyat Amerika tidak terpengaruh oleh agitasi fantastic dari Trump. Memang Trump telah membatasi tujuh Negara mayoritas muslim untuk masuk ke Amerika, yaitu Iran, Irak, Libia, Somalia, Sudan, Suriah, dan Yaman. Tetapi jika dia mendapatkan angina segar maka dia bisa memperpanjang larangan yang mencakup semua mayoritas muslim lainnya, termasuk juga Indonesia, jika hal tersebut terjadi maka umat Islam bahkan non-muslim juga akan dilarang masuk ke Indonesia. Banyak warga Indonesia berfikir, bahwa tindakan Trump sejauh ini tidak mempengaruhi Negara kita, bahkan ada juga dari kalangan non-muslim merasa kebijakan Trump tidak akan mempengaruhi mereka, pandangan ini jelas keliru, trump hanya baru mulai gendrang pertarungannya dengan beberapa Negara Muslim saja, dan tidak mustahil Indonesia sebagai mayoritas muslim juga menjadi bidikan Trump pada waktu akan datang. Wallohua’lam Bissawab.

Read More......